Ojek merupakan salahsatu moda trasportasi yang menjadi pilihan dikala macet melanda. Ojek juga menjadi alternatif dikala waktu sudah mepet dengan aktifitas yang ada. Namun, dengan mahalnya biaya ojek, kebanyakan orang mulai berfikir kembali untuk naik ojek. Melihat peluang ini, kini hadi ditengah masyarakat yaitu Go-Jek. Go-Jek merupakan sarana untuk memesan ojek seara online dengan biaya yang wajar. Berikut ini adalah penjelasan mengenai Go-Jek :
Berdasarkan data yang diambil dari situs resminya Go-Jek, menyatakan bahwa Go-Jek adalah sebagai berikut :
- Jasa kurir (90 minute delivery anywhere in the city)
- Jasa Trasportasi (transparent pricing, free shower cap and masker)
- Jasa delivery makanan (delivering your favorite food under 60 minutes in Jabodetabek)
- Jasa belanja dengan nominal dibawah 1 Juta Rupiah (Shop for food, ticket, medicine, anything under Rp. 1.000.000. We'll pay for it first)
Hal diatas merupakan layanan yang ditawarkan oleh Go-Jek. Jadi, Go-Jek tidak hanya melayani jasa transportasi saja, akan tetapi melayani juga layanan lainnya seperti yang tertera ditas.
Masalah dengan Ojek Pangkalan
Banyak kelebihan yang ditawarkan oleh jasa ojek profesional ini, khususnya melalui teknologi. Melalui sebuah aplikasi mobile, para konsumen ojek dimudahkan untuk menggunakan jasa trasnportasi alternatif ini. Mulai dari menentukan tujuan, transparansi tarif, kemudahan menghubungi rider, pelayanan yang nyaman, hingga pelebaran layan untuk mengirim paket ataupun makanan.
Sedangkan dari sisi rider (tukang ojek), pihak penyedia jasa ojek profesional umumnya mendekati dengan penawaran bagi hasil yang atraktif dan perlindungan kecelakaan serta jiwa. Tapi, semakin tinggi pohon, semakin kencang pula angin yang menerpanya.
Meskipun banyak menuai sanjungan, bukan berarti Go-Jek tak mendapat hambatan sama sekali. Belum lama ini ada kasus rider Go-Jek meminta konsumne untuk membatalkan pesanan karena ancaman tukang ojek konvensional (pangkalan). Melihat ini, wajar jika masyarakat banyak yang beranggapan bahwa para tukang ojek konvensional mulai gerah dengan kehadiran layanan ojek seperti Go-Jek.
Pihak penyedia jasa ojek profesional seperti Go-Jek sebenarnya sudah banyak melakukan pendekatan dengan pihak ojek pangkalan dengan berbagai penawaran untuk bergabung, nyatanya banyak yang masih menolak. Sigkatnya, seperti yang dibertakan kompas, alasan mereka yang menolak adalah dengan mereka merasa ridbet dengan segala aturan yang harus mereka patuhi, Bahkan adapula yang keberatan dengan tata cara untuk bergabung dengan Go-Jek yang dianggap berbelit dengan harus melengkapi beberapa dokumen yang dibutuhkan.
Memang jika harus dijabarkan lebih lanjut, fungsi dari paguyuban ojek itu masih sangat abstrak dan tak bisa diukur secara pasti karena erat kaitannya dngan sosial. Melalui paguyuban, tukang ojek juga bisa mendapat asuransi berupa bantuan keluarga atau teman. Selain itu, tak sembarang tukang ojek juga bisa bergabung untuk masuk dalam satu paguyuban.
(Sumber: Daily Social)
(Sumber: Daily Social)
No comments:
Post a Comment